Harga Karet Menurun, Petani Pangkalpinang Cemas!
Petani karet di Pangkalpinang,
Provinsi Bangka Belitung, mengeluhkan terus menurunnya harga komoditas
itu hingga berakibat bakal mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga
petani.
"Harga karet karet ini setiap
minggunya bisa berubah-ubah, kadang harganya naik dan kadang turun.
Kami sebagai petani tidak bisa berbuat banyak dalam menentukan harga,
karena semua itu bergantung pada harga karet di pasaran," kata Patimah
(62) petani karet di Pangkalpinang, Selasa.
Ia
mengatakan, dalam sepekan terakhir, harga karet basah berfluktuasi
kisaran Rp7.000 hingga Rp8.000 per kilogram, bahkan harga karet sempat
anjlok Rp5.000 dari harga Rp13 ribu per kilogram.
"Kami selalu berharap harga karet ini bisa terus naik, mengingat tingginya biaya kebutuhan hidup sehari-hari," katanya.
Menurut
dia, sangatlah wajar jika harga karet ini setiap harinya terus
mengalami kenaikan. Karena seimbang dengan kenaikan harga berbagai
kebutuhan pokok sehari-hari.
"Dulu
harga karet masih murah dan sesuai dengan harga berbagai jenis kebutuhan
pokok, dan sekarang harga karet sudah lebih mahal dan beriringan juga
dengan mahalnya harga kebutuhan sehari-hari," ujarnya.
Ia
mengatakan, meski harga karet masih berfluktuasi rendah, namun tidak
membuat petani merasa patah semangat untuk tetap menyadap batang karet
yang ia miliki. Apalgi dari hasil karetnya tersebut digunakan untuk
membiayai ketiga orang anaknya masih sekolah yang membutuhkan biaya
besar.
"Hasil dari karet inilah saya
menggantungkan kebutuhan hidup sehari-hari dan untuk membiayai ketiga
orang anak saya yang masih sekolah," tuturnya.
Jika
cuaca tidak hujan, dia mengungkapkan, dalam seminggunya ia mampu
mendapatkan getah karet sebanyak antara 50 kilogram hingga 60 kilogram
yang ia sadap dari 250 batang karet dengan waktu kerjanya mulai dari
sekitar pukul 06.00 WIB dan selesai pukul 10.00 WIB.
"Kalau
hari tidak hujan, setiap minggunya saya bisa mendapatkan sekitar 50
kilogram hingga 60 kilogram. Namun, jika hari hujan maka penghasilan
saya akan berkurang dari cuaca normal," ungkapnya.
Seandainya
kebun karet ini rutin dilakukan pemupukan, maka getah yang dihasilkan
tentunya akan lebih banyak dari yang dihasilkan saat ini.
"Jika
kebun karet ini dipupuk lagi seperti sebelumnya tentu getah yang saya
dapatkan akan jauh lebih banyak dari saat ini, bisa mencapai 100
kilogram hingga 120 kilogram setiap paginya karena getah yang dihasilkan
setiap batang lebih banyak,"terangnya.
Namun
saat ini kebun tersebut sudah jarang ia pupuk, lantaran harga pupuk
yang ia butuhkan terus mengalami kenaikan harga dan akan menambah jumlah
pengeluarannya.
"Sebelumnya kebun
karet ini dipupuk oleh anak saya dengan pupuk urea, KCL, dan TSP. Namun
sekarang ini sudah lama tidak dipupuk, karena harga pupuknya mahal,"
ungkapnya.
Tidak ada komentar
Posting Komentar